Di antara hiruk
pikuknya pemberitaan tentang Osama Bin Laden dan Negara Islam Indonesia. Saya
sempatkan menuliskan sosok sufi yang mungkin saja Anda belum mengenalnya.
Dialah “Wali Songo”
dari Provinsi Sulawesi Barat. Lahir dengan nama K.H. Muhammad Thahir atas lebih
populer dengan sebutan Imam Lapeo. Nama Lapeo sendiri diambil dari nama kampung
di Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar. Sekitar 290 Km dari Makassar.
Imam
Lapeo : seorang imam di desa lapeo yang
sederhana dan menyebarkan agama islam sampai ketanah bugis. sering
memperlihatkan mukzisat dari sang Kuasa Daerah kelahiranku ini dikenal dengan
black magic-nya, animisme dan kemusyrikan (dulu, red). Imam Lapeo-lah yang
meluruskan jalan sesat mereka.
Imam Lapeo sukses
menobatkan mereka, dan inilah yang menjadi salah satu alasan nama masjidnya
Mesjid Jami’ At-Taubah Lapeo, kemudian dialihkan namanya mesjid Nuruttaubah
Lapeo.
Jika dihubungkan
dengan ke-Imam-an seseorang maka kita harus merujuk kepada beberapa kriteria
seorang Imam yang saya kutip dari Qitab Hadiqatul afham karya Alwi Bin Hamid
Al’Idrus: 1. Berhati rahim 2. Luas ingatannya 3. Sabar atas perintah Allah 4.
Sabar atas pengawalan hamba-hamba Allah 5. Sabar atas menyampaikan
nasehat-nasehat kepada ahli sembahyang 6. Selalu memperhatikan jalannya daya
upaya dalam memperbaiki keadaan orang-orang kampung. 7. Kunjungi orang-orang
yang menjauhkan diri dari jam’ah. 8. Ambil hati kepada orang-orang tua. 9.
Dekat-dekatan orang-orang yang patut dan terhormat. 10. Mengalah buat hal-hal
yang dalamnya ada kemajuan bagi persatuan dan kerukunan umum. 11. Selalu
memberikan nasehat-nasehat yang perlu kepada ma’mum-ma’mumnya.
Dalam menyebarkan
agama Islam berbagai cara yang ditempuh oleh imam lapoe, dimana ia menarik
perhatian masyarakat atau orang disekitarnya dalam mengajarkan agama, secara
bartahap beliau mengikuti kebudayaan-kebudayaan yang dilakukan oleh masyarakat
tersebut.
Beliau mengajak
masyarakat sekitar membangun mesjid tetapi dalam kenyataannya tak semudah
dibayangkan. Imam Lapeo harus berhadapan dengan maraknya perjudian, ramainya
warga Mandar yang masih mabuk-mabukkan dengan minuman kebanggaannya adalah
Manyang Pai’ (Tuak).
Masyarakat sendiri
secara bertahap menghilangkan kebiasaan yang mereka lakukan. Bukan hanya dengan
mengajak masyarakat di sekitarnya membangun mesjid Imam Lapeo juga sering
bertamu di rumah masyarakat jika sedang berjalan-jalan dan juga terkadang
masyarakat mendatangi rumah beliau untuk meminta doa dan petunjuk jika ada
masalah yang mereka hadapi atau mempunyai keiinginan. Beliau juga terkenal
dengan sikap dermawannya sampai-sampai beliau berhutang jika ada masyarakat
yang memerlukan bantuan. Hal ini dituturkan oleh penulis sejarah Imam Al-Lapeo.
Paparan tersebut di
atas masihlah sebuah referensi asli dari sahabat saya Tri Wahyu Syahputra
Palonntogi. Kemudian, banyak hal-hal yang terjadi pada diri Imam Lapeo semasa
hidupnya. Sehingga orang-orang Mandar menyebutnya sebagai Wali Songonya
Sulawesi Barat. Berdakwah tanpa kekerasan, kalaupun menemukan yang haram-haram
yang dilakukan oleh warga, Imam Lapeo tak harus mengerasinya.
Seandainya beliau
masih hidup, mungkin beliau akan geleng-geleng kepala terhadap
perilaku-perilaku organisasi keagamaan saat ini yang kadang memaksakan kehendak
dan mengambil jalan pintas dengan melakukan kekejaman dan aksi anarkhis.
Dan tentu beliau
akan mengobarkan semangat kedamaian di tengah peperangan melawan kemerosotan
moral. Beliau akan mendoakan bagaimana anggota DPR kita yang telah sangat jauh
melenceng dari amanah. Ada beberapa kalangan menyebutkan bahwa Imam Lapeo
banyak mengadopsi kelembutan seorang Khalifah Rasulullah yakni Abu Bakar
As-Shiddiek.
Masjid Lapeo |
Apa subtansi
sehingga saya tuliskan tentang sosok beliau?. Yah, mungkin saja dapat
bermanfaat bagi wakil-wakil kita di Senayan yang semakin hari semakin
menunjukkan gambaran dekadensi moral dan hedonisme. Mungkin juga dapat menjadi
analisa komparasi terhadap tindak-tanduk pembelokan ketauhidan pada kelompok
tertentu, pun dapat menjadi materi renungan terhadap diri kita sendiri.
Selain itu,
Indonesia yang jumlah penduduknya semakin membengkak tetapi sudah teramat sulit
menemukan sufi sekelas Imam Lapeo. Indonesia yang dulunya tak seberapa
penduduknya tetapi banyak ulamanya. Sekarang, jumlah penduduk yang semakin
banyak tetapi malah ulama semakin tak banyak. Yang lebih kacau lagi, malah
kementerian agama dalam urusan hajinya kok bisa-bisanya korup.
Padahal
pencerahan-pencerahan tentang agama sudah terlalu banyak kita bisa dapatkan
bahkan televisi-televisi di Indoensia memiliki program khusus tentang
pendidikan agama. Materi agama sudah kelewat banyak tetapi yang sering
kita jumpai adalah lahirnya agama baru: Agama Materi.
Wallahu a’lam Bissawab..
sumber kompasiana
0 Response to "Tosalamaqna Mandar ( Julukan pada Beliau ) "
Posting Komentar