Sejarah Singkat Terbentuknya Suku Mandar Di Indonesia


Sama dengan terbentuknya kelompok-kelompok kaum yang menjadi penduduk jazirah selatan sulawesi, demikian pulalah terbentuknya kelompok-kelompok yang dikemudian hari disebu To-mandar. Orang Bugis menamkannay Menre', dan orang makassar menamakannya Mandara'. Orang Mandarmempertahankankan isolasi masing-masing di tempat-tempat pemukiman mereka pada daerah-daerah muara dan pesisir. Jauh di daratanpun terdapat pemukimn di hulu-hulu sungai. Demikianlah Lita' Mandar, terbentuk pada Pitu Ulunna Salu' (Tujuh Hulu Sungai) dan pitu Ba'bana Binanga (Tujuh Muara Sungai).

Dalam Lontara' Mandar (Lontara' berbahasa Mandar), yang umumnya berupa pappasang (amanat) dan petunjuk tentang kebijaksanaan kehidupan, juga tercatat tentang asal-usul  kesatuan lita' atau Tanah Mandar. Dijelaskan bahwa Pitu Ulunna Salu' (Tujuh Hulu Sungai) dan pitu Ba'bana Binanga (Tujuh Muara Sungai) adalah wilayah (kesatuan) Mandar.

Orang Mandar percaya bahwa mereka berasal dari satu nenek moyang (leluhur) yaitu Ulu Sa'dan  yang bernama Tokombong di Wura' (laki-laki) dan Towisse di Tallang (perempuan). Mereka disebut juga To-manuung di langi'. Dari pernikahan mereka, lahir seorang anak bernama Tobanua Pong atau Tobanua Posi yang kemudin mempunyai tujuh orang anak tapi hanya lima orang yang diketahui namnya, yaitu:
  1. I Lando Belua' (Perempuan, si panjang rambut). Dialah yang pergi ke Gowa.
  2. I laso kepang (Laki-laki, si besar kepala). dialah yang pergi ke luwu'.
  3. I lando guttu (Laki-laki, si panjang lutu). dialah yang menetap di ulu sa'dan.
  4. Yusu' sambamban (laki-laki). dia menetap di karonaga.
  5. I padora' (laki-laki). dialah yang pergi dan menetap di bittung.
Mereka inilah yang menjadi sumber asal sehingga orang mandar menyatakan diri bersaudara dengan orang Toraja, Luwu', Bugis, dan Gowa-Makassar.

Adapun wilayah negeri Pitu Ulunna Salu', disebut Tabulahan, terdiri atas: Aralle, Mambi, Bambang, Rantepulahan atau Rantebulawan, Matanga, Tabang atau Tandong, Tu'bi. Pada mulnya, pemimpin Tabulhan adalaha Tumakaka bernama Indo-Lita'. Adapun negeri-negeri dalam kawasan Pitu Ba'bana Binanga ialah: Balanipa, Sendana, Banggae, Pamboang, Tappalang, Mamuju, Binuang.

Menurut perkiraan, negeri Kalumpang adalah salah satu pemukiman tertua orang mandar. Diceritakan bahwa dikalumpang tempatnya pengembangan awal tradisi kehidupan sosial budaya Orang Mandar. Dikisahkan, seorang perempuan bernama Lambere' Susu bermukim di kalumpang. Dia adalah anak dariPa'doran yang bermukim di Ulu Sa'dan. Juga disebut orang bernama Tobabina, anak dari Pongkopadang, cikal bakal orang Pitu ulunna salu', dan pitu ba'bana binanga. Tobabina pergi dan bermukim di Kalumpang. Dalam tradisi lisan Tana Toraj, disebut Pongkopadang memiliki Tongkonan Layuk di tabulahan, Pitu Ulunna Salu'.

Anak cucu Lambere' susu dan Tobabina menurunkan lebih lanjut para Tomakaka. Yaitu pemimpin masyarakat di kawasan Pitu Ulunna Salu' dan Pitu Ba'bana Binganga. Pada umumnya diceritakan bahwa ada empat puluh orang tumakaka terbesar di seluruh kawasan itu. Memimpin rakyatnya pada masing-masing daerah kaum yang sekarang kebanyakan masih ada dalam status desa.

Konsepsi kepemimpinan Tomakaka adalah salah satu jenis kepemimpinan asli kaum yang meletakkan dasar-dasar Ada'-Tana (ada' lita' mandar), pada zaman pra-tomanurung. Seperti dengan adanya arruan-ampu lembang di Tana Toraja. kepemimpinan Tomakaka adalah salah satu variasi konsepsi kepemimpinan "kerakyatan" yang berlangsung sampai abad XIV, yang kurang kuat tersentuh oleh konsepsi kepemimpinan To-manurung. maka kepemimpinan Tomakaka di kawsan Pitu Ulunna Salu' berkelanjutan walaupun mendapat pengruh warna kepemimpinan Arruan-Ampu Lembang dari Tana Toraja dan Matoa-Ulu-Anang dari Mugis.

Kepemimpinn Tomakaka di kawasan Pitu Ba'bana Binganga dapat bertahan hingga abad XV dengan terangkatnya I Mannayambungi Todilaling menjadi Mara'dia Balanipa yang pertama. Ia meresapkan dalam pemikiran dan tindakan-tindakannya konsepsi kepemimpina To-manurung dan Bate-Salapang yang dialaminya di Butta-gowa. Konsepsi ini memisahkan dengan jelas keturunan To-manurung, sebagai "orang dari luar" dan Bate-Salapang sebagai penguasa asli Pangadakkang Butta Gowa. Begitulah Mara'dia, sepertinya diperlakukan sebgai penguasa yang berasal dari luar (mengikuti penguasa to-manurung ri gowa) disamping tetap adanya tumakaka atau apapun namanya, yang tetap diperlakukan sebagai pemilik asli adat lita' mandar. Sapaan terhadap Mara'dia adalah Daeng, seperti orang gowa terhadap Bate-Salapang. Dan sapaan terhadap Tomakaka adalah Puang, seperti orang toraja dan orang bugis terhadap pemimpin-pemimpinnya.

Di kawasan Pitu Ba'bana Binganga, para tomakaka mengangkat banyak pejabat pembantu untuk berbagai urusan kesejahteraan rakyat seperti Pa'bicaraTomawueng dan sebagainya yang secara langsung mengurus kepentingan rakyat. Walaupun hal itu dilakukan atas nama Tomakaka, tapi lambat laun, tokoh Tomakaka yang semakin mengurangi penampilannya di mata rakyat, kehilangan simpati rakyat yang semakin memperlebar jaraknya. Itulah sebabnya, konsepsi kepemimpinan Mara'dia yang di bawa oleh I Mannambungi Todilaling mendapat sambutan seolah-olah mengembalikan esensi kepemimpinan dan kewibawaan Tomakaka.

Kepemimpinan Mara'dia sebagai pemimpin kekuasaan pemerintahan, didampingi oleh kaum adat(pa'riba ada'), untuk memelihara kepentingan rakyat dan Lita'. Sebelum memangku jabatan Mara'dia, diadakan semacam perjanjian yang disepakati oelh Tomakaka (Pa'riba ada'). Berkata Pa'riba ada':
              "Engku kuasa, karena kami memberimu kekuasaan"
              "Tidak boleh berlangsung sewenang-wenang terhadap rakyat"
              "Kami tidak akan menghalangi kebijaksanaanmu"
              " Tapi engkau hendaknya mencinti rakyat"
Menurut berbagai Lontar mandar dan tradisi lisan di mandar, perjanjian itu sudah berlaku sejak tomakaka napo i daeng lumale dan diteruskan kepada para penguasa selanjutnya, baik ia disebut tomakaka maupun mara'dia.

0 Response to "Sejarah Singkat Terbentuknya Suku Mandar Di Indonesia"

close
disini bro
close
disini bro