Aluk rambu solo’ adalah upacara pemakaman adat yang menjadi tradisi orang-orang Melayu serumpun di Toraja, Sulawesi Selatan. Aluk rambu solo’ dapat dimaknai sebagai upacara pemujaan dan penyempurnaan arwah orang yang wafat supaya dapat berkumpul bersama leluhur di alam roh.
1. Asal-usul
Suku bangsa Melayu di Toraja, Sulawesi Selatan, memiliki banyak tradisi yang sakral dan unik. Salah satunya adalah aluk rambu solo’, yakni upacara pemakaman adat orang Toraja. Kendati dalam pelaksanaannya harus mengeluarkan dana yang tidak sedikit, namun upacara ini masih tetap lestari hingga sekarang (Tino Saroenggalo, 2008). Istilah aluk rambu solo’ terbangun dari tiga kata, yaitu aluk (keyakinan), rambu (asap atau sinar), dan solo’ (turun). Dengan demikian, aluk rambu solo’ dapat diartikan sebagai upacara yang dilaksanakan pada waktu sinar matahari mulai turun (terbenam). Sebutan lain untuk upacara ini adalah aluk rampe matampu’. Aluk artinya keyakinan atau aturan, rampe artinya sebelah atau bagian, dan matampu’ artinya barat. Jadi, makna aluk rampe matampu ’adalah upacara yang dilaksanakan di sebelah barat dari rumah atau tongkonan (L.T. Tangdilintin, 1975; K. Kadang, 1960).
Upacara aluk rambu solo’ bertujuan untuk menghormati dan mengantarkan arwah orang yang meninggal dunia menuju alam roh, bersama para leluhur mereka yang bertempat di puya. Upacara ini sebagai penyempurnaan, karena orang baru dianggap benar-benar wafat setelah seluruh prosesi upacara ini digenapi. Jika belum, maka orang yang wafat itu hanya dianggap sebagai orang yang “sakit” atau “lemah”, sehingga ia tetap diperlakukan seperti halnya ketika masih hidup, yaitu dibaringkan di tempat tidur dan diberi makanan dan minuman, bahkan diajak berbicara. Selain itu, orang Toraja arwahnya mencapai tingkatan dewa (to-membali puang) untuk kemudian menjadi dewa pelindung (deata) (Mohammad Natsir Sitonda, 2007).
Aluk rambu solo’ adalah warisan ajaran leluhur Toraja. Upacara ini dilaksanakan berdasarkan keyakinan leluhur yang disebut aluk todolo, berarti kepercayaan atau pemujaan terhadap roh leluhur. Di dalam aluk todolo terdapat aluk pitung sabu pitu ratu pitungpulo atau 777 aturan, salah satunya yang berhubungan dengan pemujaan roh leluhur pada saat kematian (Sitonda, 2007). Berdasarkan status sosial orang atau tingkat ekonomi keluarga yang diupacarakan, aluk rambu solo’ dapat dibagi menjadi 4 jenis, yaitu:
- Silli’, yakni upacara pemakaman untuk kasta paling rendah, yaitu kastakua-kua atau budak. Upacara jenis ini tidak ada pemotongan hewan sebagai persembahan dan dibagi dalam beberapa bentuk, seperti dedekan (upacara pemakaman dengan memukulkan wadah tempat makan babi) dan pasilamun tallo manuk (pemakaman bersama telur ayam).
- Pasangbongi, yakni upacara yang hanya berlangsung satu malam. Yang termasuk jenis ini antara lain bai a’pa’ (persembahan empat ekor babi), si tedong tungga (persembahan satu ekor babi), di isi (pemakaman untuk anak yang meninggal sebelum tumbuh gigi dengan persembahan seekor babi), dan ma’ tangke patomali (persembahan dua ekor babi).
- Di batang atau di doya tedong, yakni upacara untuk kasta tana’ basi(bangsawan menengah) dan tana’ bulan (bangsawan tinggi). Selain kerbau, upacara jenis ini juga mempersembahkan babi dan ayam. Upacara biasanya digelar selama 3-7 hari berturut-turut. Pada akhir acara, dibuatkan sebuah simbuang (menhir) sebagai monumen untuk menghormati orang yang wafat.
- Rapasan, yakni upacara khusus bagi golongan tana’ bulan (bangsawan tinggi) yang digelar selama 3 hari 3 malam. Termasuk upacara jenis ini, antara lain rapasan diongan (rapasan tingkat rendah hanya memenuhi syarat minimal persembahan 9-12 kerbau), rapasan sundun (rapasan lengkap persembahan 24 ekor kerbau dan babi tak terbatas), dan rapasan sapu randanan (rapasan simbolik dengan persembahan yang diandaikan 30 ekor kerbau) (Sitonda, 2007).
Saat ini, upacara adat aluk rambu solo’ di masyarakat Toraja sudah mengalami perubahan yang cukup signifikan, khususnya dalam kelengkapan persembahan. Faktor ekonomi menjadi salah satu akar persoalannya karena hewan persembahan biasanya berharga cukup tinggi. Misalnya, jenis kerbau yang digunakan bukan kerbau biasa, tetapi kerbau bule (tedong bonga) yang harganya antara 10–50 juta/ekor (Saroenggalo, 2008).
2. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
3. Peserta dan Pemimpin Upacara
4. Peralatan dan Bahan
6. Doa-doa
7. Pantangan dan Larangan
8. Nilai-nilai
9. Penutup
Upacara adat aluk rambu solo’ menjadi bukti penghormatan orang Melayu serumpun di Toraja kepada leluhur. Keterikatan dengan leluhur ini menjadi perekat kuat untuk selalu menjaga tradisi.
(Yusuf Efendi/Bdy/66/05-2011)
Referensi
Mohammad Natsir Sitonda, 2007. Toraja Warisan Dunia. Makassar: Pustaka Refleksi.
K. Kadang, 1960. Ukiran Rumah Toraja. Jakarta: Dinas Penerbitan Balai Pustaka.
L.T. Tangdilintin, 1975. Tongkonan dengan Seni dan Koleksinya. Tana Toraja
Tino Saroenggalo, 2008. Ayah Anak Beda Warna. Anak Toraja Kota Menggugat. Yogyakarta: Tembi Rumah Budaya.
source :http://melayuonline.com/
1 Response to "Asal Usul Dan Arti Aluk Rambu Solo’ Upacara Pemakaman Adat Melayu Toraja"
Mencari Judi Taruhan Online Terbesar yang Aman dan Terpercaya?
Tenang saja, ada Agen BOLAVITA yang menyediakan Judi Taruhan Online yang terbesar dan terlengkap..
Agen BOLAVITA berani membayar berapapun kemenangan Anda!!
Judi Taruhan Online yang disediakan Agen BOLAVITA cukup banyak dan menarik:
♠ Bola Tangkas (Tangkasnet, Tangkas88 dan Tangkas1)
♠ Casino Online (WM Casino, Green Dragon dan SBOBET Casino)
♠ Judi Bola (SBOBET, MAXBET/ICB Bet dan 368Bet)
♠ Sabung Ayam (S128, SV388 dan Kungfu Chicken)
♠ Slot Games (Joker dan Play1628)
♠ Togel (KLIK4D dan ISIN4D)
Dengan minimal deposit hanya Rp 50.000 saja sudah bisa mainkan permainan yang ada di atas..
Tunggu apalagi? Segera daftar dan gabung sekarang juga di www.bolavita.ltd
Baca juga:
1. Cara Membuat Akun dan Bermain di Situs S128
2. Promo Promo BOLAVITA
Untuk info selanjutnya, bisa hubungi kami VIA:
BBM : BOLAVITA / D8C363CA
Whatsapp : +62812-2222-995
Livechat 24 Jam
Posting Komentar