Mediaone.id - Kisah nyata ini terjadi di Tanjung Priok, Jakarta Utara. Rahmat namanya. Salah satu pengurus Lembaga Amil Zakat (LAZ) Tabung Amanah Umat (Tamu) yang berkantor di kawasan Bekasi.
Lembaga yang dia kelola itu membuka jasa pemulasaraan jenazah muslim, gratis. Sebagai seorang pengurus LAZ yang juga menjadi petugas perawatan jenazah, Rahmat banyak memiliki pengalaman.
Satu pengalaman yang membuat dia merasa begitu prihatin adalah tatkala memandikan jenazah seorang banci.
Kisah ini terjadi sekitar lima tahun lalu. Waktu itu, Rahmat mendapat
telepon dari seseorang yang meminta bantuan memandikan jenazah di
kawasan Priok. Orang itu mengaku mendapat nomor telepon Rahmat usai
mendengar iklan di radio.
" Waktu itu ada tetangganya yang menelepon dan meminta bantuan," ujar Rahmat saat berbincang dengan Dream.
Mendapat kabar itu, Rahmat segera meluncur ke lokasi. Dia sama sekali
tidak menaruh curiga tentang siapa sebenarnya sosok jenazah yang akan
diurus.
" Awalnya saya tidak diberitahu. Jadi ke sana dengan asumsi membantu
orang yang tidak mampu. Barangkali tidak bisa membayar jasa pemandian,"
kata dia.
Sesampai di lokasi, Rahmat tetap tidak merasa curiga. Dia hanya mendapat informasi para pengurus masjid dan musala di sekitar lokasi, tidak ada yang mau mengurus jenazah.
Mungkin saja, lantaran warga setempat sudah tahu kebiasaan orang itu semasa hidup.
" Saya kaget, kok yang datang kayak orang-orang salon semua," kata dia.
Tapi, Rahmat berusaha berbaik sangka jenazah adalah sosok pria
normal. Dia yang kala itu dibantu oleh seorang sopir, kemudian masuk ke
rumah duka dan akan menangani jenazah.
" Pas itu saya dikasih tahu kalau jenazah itu adalah banci," kata dia. Rahmat sempat mengalami kebingungan.
Rahmat sempat mengalami kebingungan apakah akan melanjutkan prosesi
pengurusan jenazah atau tidak. Dia langsung menghubungi ustaz yang
menjadi rujukan dan meminta saran.
" Kata ustaz, diurus saja karena itu fardlu kifayah. Tetapi,
harus dipastikan dulu apakah alat kelaminnya masih asli atau tidak.
Kalau masih ada dan asli, kita mandikan. Kalau tidak, ya jangan
dimandikan," ucap Rahmat.
Akhirnya Rahmat memeriksa alat kelamin jenazah itu. Setelah mendapat
kepastian alat kelamin masih ada, Rahmat lantas segera memandikan
jenazah tersebut.
Rahmat lantas segera memandikan jenazah tersebut. Rahmat menemukan lagi masalah baru.
" Tapi, ada masalah karena di bagian dadanya ada cairan silikon.
Akhirnya cairan itu dikeluarkan. Dadanya palsu tapi alat kelaminnya
masih asli," kata dia.
Rahmat menjadi semakin prihatin usai memandikan dan mengkafani
jenazah. Tidak ada satupun orang yang mau menyalatkan jenazah itu,
termasuk dari para pelayat yang notabene berperilaku seperti jenazah.
Rahmat pun kemudian menyalatkan jenazah tersebut bersama sopirnya. Pengurusan jenazah bahkan dilakukan sampai pada memakamkan.
Tidak ada warga sekitar yang membantu dia. Pun demikian para pelayat.
" Yang mengantarkan ke pemakaman itu ya banci juga, yang kebanyakan
bercanda secara tidak pantas. Bahkan mereka sampai berebut tali pocong,"
tutur Rahmat.
Lebih lanjut, Rahmat mengatakan pengalaman tersebut menjadi pelajaran yang sangat berharga.
Pelajaran bukan hanya untuk Rahmat, melainkan juga bagi para muslim agar tidak terjebak dalam lingkaran praktik Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT).
Source : dream.co.id
0 Response to "Kisah Nyata Pemandi Jenazah Waria di Priok"
Posting Komentar