Tuhan : Milik Kita Semua

Tentunya kita pernah merasakan dunia anak-anak. Dunia yang masih polos dan lugu tentang berbagai hal, tetapi justru di sana terdapat kejujuran yang sejati. Dan kalau kita mau merenungkan, kita bisa mengambil... pelajaran dari dunia anak-anak. Misalnya, waktu dulu kita dinakali teman sepermainan, kita berujar “awas yaa.. nanti tak bilangin Ibu lho.” Tapi teman kita justru menyahuti, “aku nggak takut, nanti aku juga bilang sama ibu, biar kamu dimarahin.” Masing-masing anak merujuk kepada kata ‘ibu’, akan tetapi mereka punya referensi ibu yang berbeda. Ibu si Ani mungkin wanita karir, berbeda dengan ibu dodi yang pembantu rumah tangga.

Tuhan mempunyai banyak nama, dan hanya satu hakekatnya. Dalam pergaulan umat beragama, tak jarang kita melihat terjadi perselisihan masalah ketuhanan, bahkan saling menyalahkan, dan membenarkan diri sendiri. Masing-masing umat mempunyai Tuhan. Dan mereka ibarat anak-anak, bisa memanggil Tuhan mereka untuk membenarkan paham dirinya. Karena Tuhan ibarat ‘ibu’ bagi anak-anak. Ia kata universal yang bisa dipanggil dan dipunyai siapapun, tetapi ia juga particular yang bisa dimaknai berlainan bagi setiap manusia.

Allah pernah bilang ana fi dzanni abdi, aku dalam persangkaan hambaku. Jadi hakekatnya Tuhan yang universal itu cuma satu, tetapi Tuhan yang particular itu banyak. Tuhan dalam pikiran (fi dzan) manusia sebanyak jumlah manusia yang pernah memikirkan tentang Tuhan. Karena tak mungkin makhluk yang terbatas bisa secara benar mempersepsikan tentang Tuhan. Sejatinya Tuhan hanya satu: huwa Allahu ahad.

Celakanya manusia di dunia ini, tak pernah menemukan Tuhan yang sejati. Manusia memikirkan Tuhan, tetapi mereka belum pernah lihat Tuhan. Mustahil manusia yang fana ini bisa menangkap Tuhan yang maha paripurna, apalagi menangkap secara keseluruhan. Ingat ungkapan salah satu hadis “tafakkaruu fi khalqillah, wala fi dzatillah.” (berfikirlah tentang ciptaan Allah, janganlah berfikir tentang dzat Allah).

Tak salah apabila Karen Armsrong memberi judul bukunya The History Of God (sejarah Tuhan). Mungkinkah Tuhan yang sejati bisa ditulis sejarahnya oleh Armstrong? Mustahil! Yang ditulis dia adalah pergulatan manusia dalam mencari dan memikirkan Tuhan. Sehingga sejarah Tuhan bima’na sejarah pemikiran manusia tentang Tuhan.

Kalau demikian halnya, maka untuk apa kita menyalahkan ketuhanan orang lain, toh Tuhan selama ini yang kita punyai adalah Tuhan hasil interpretasi pikiran kita terhadap ayat qauliyah dan kauniyah. Jangan-jangan Tuhan yang selama ini kita bela mati-matian adalah ‘tuhan pikiran’ kita sendiri. Bisa bahaya lho, karena dapat tergolong menyekutukan Tuhan dengan pikiran kita sendiri.

Demikian,
Semoga Bermanfaat!

0 Response to "Tuhan : Milik Kita Semua"

close
disini bro
close
disini bro